Long Time No See

Hening masih menyelimuti keduanya setelah beberapa menit yang lalu. Altha masih terduduk dalam diam. Sementara Asahi, ia seolah tak dapat mengalihkan pandangannya dari seseorang yang selama 4 tahun belakangan ini menjadi satu-satunya pusat atas segala kerinduannya.

Altha tak banyak berubah selain semakin terlihat dewasa dan bertambah cantiknya.

Begitupun Asa. Tak ada perubahan yang kentara dari lelaki itu selain rambutnya yang kini bisa di bilang lebih panjang dari sebelumnya.

“Long time no see, Al.” Akhirnya Asahi membuka suara untuk memecahkan keheningan yang ada. “Apa kabar?” Katanya kemudian sembari memaksakan senyum di bibirnya.

“B-b-baik.” Altha mengangguk canggung dengan senyum tipis yang terlukis di wajahnya.

Asahi ikut mengangguk. Namun sepersekian detik kemudian, ia pun kembali bungkam saat melihat sebuah cincin pernikahan yang melingkar sempurna pada jari manis wanita di hadapannya itu.

Hening kembali tercipta. Mereka kembali sibuk dengan perasaan dan pikiran mereka masing-masing.

Hingga akhirnya, Altha yang tengah duduk dengan gusar itu kembali bersua. “Eum.. P-pak, s-saya izin kembali ke ruangan.” Wanita itu mengambil sebuah kartu nama dari dalam tasnya. “Bisa hubungi ke nomor ini kalau Bapak butuh saya.” Ia membungkuk singkat setelah meletakkan kertas kecil itu di meja Asa. Tanpa menunggu jawaban, ia pun segera bangkit dari duduknya dan hendak berlalu.

“Al,” Tiba-tiba Asa menahan tangannya untuk tetap tinggal. Altha tak bersua, hanya hembusan nafas lelahnya yang didengar Asa. Dan dengan segera wanita itu melepaskan genggaman Asa dari tangannya.

“Kita… bener-bener udah selesai, ya, Al?” Ini Asahi, dengan tatapan sayunya yang kentara.

Altha perlahan mengangkat wajahnya. Kini, ia memberanikan diri untuk menatap mata lawan bicaranya itu. “T-Tentu.” Jawabnya sembari tersenyum samar. “Kisah kita.. udah selesai sejak 4 tahun yang lalu.”

“Gak akan pernah semudah itu untuk aku, Al.” Asa menjeda sejenak. “After a years i spent my days without you, that’s so fckn damn when i don’t know why my heart always be yours.”

Iya, pernyataan Asa mampu membuat dada Altha sesak.

“Aku harus gimana sama perasaan aku sekarang, Al?”

Altha membalas tatapan nan dalam itu. Ia menelan ludahnya berkali-kali; sebisa mungkin berusaha menguatkan dirinya sendiri.

“Tolong jangan kayak gini...” Kata wanita itu memohon. “Kita udah selesai baik-baik hari itu, kan?”

Wajah Asahi memerah. Ia menghembuskan nafasnya dalam-dalam seraya menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jari tangan.

“Life must go on.” Altha kembali bangkit dari duduknya. “Apapun yang pernah terjadi di antara kita 4 tahun lalu… tolong simpan rapat-rapat, ya?” Pinta wanita itu kemudian.

“…”

“Untuk hari ini dan seterusnya, kita dituntut untuk menjalani ini semua dengan professional.”

”...”

“Hubungan kita hanya sebatas rekan kerja. Dan kamu... gak lebih dari sekedar sepupu suami saya sendiri.”

bugh!, Sakit.

“Saya pamit untuk kembali ke ruangan, ya, Pak Asahi.”

***