ILY

“Good morning, love.” Danny berbisik sembari memeluk pinggang Altha dari belakang.

Altha yang sedang mengaduk secangkir kopi itu segera menyelesaikan kegiatannya.

Wanita itu berbalik badan, kemudian mengalungkan kedua tangannya pada leher Danny sembari tersenyum, “Morning too.”

Danny hanya tersenyum dan mengeratkan pelukannya pada pinggang Altha.

“Why?” Ini Altha. “Kenapa ngeliatin aku kayak gitu, hm?”

Senyum Danny semakin merekah, tangan kanannya ia gerakkan untuk mengusap lembut wajah wanita itu. “Tuhan waktu nyiptain kamu gak main-main, ya, Al.” Kemudian kini matanya menatap Altha dalam-dalam.

And.. ya.. Altha tak lagi dapat menyembunyikan wajahnya yang memerah padam. Ia tersipu malu.

“I love you, Al.” Kata Danny tiba-tiba.

Altha yang sedang tersenyum itu mendadak bisu. Sayangnya, Danny dapat menangkap perubahan drastis raut wajah wanitanya itu.

“It's okay, Al.” Danny mengusap pelan rambut wanita dihadapannya. “It's okay kalau kamu belum bisa-”

“Dan.. I'm sorry..”

“It's okay. Aku ngerti.”

“Kamu mau, kan, nunggu aku sebentar lagi?”

“Of course, Mrs! Aku akan nunggu sampai hari itu tiba.”

Mata Altha berkaca-kaca. Jahat memang. Namun pada dasarnya jatuh cinta memang berada satu tingkatan lebih tinggi dari rasa sayang, kan?

Tapi sayangnya, sekuat apapun ia berusaha, 4 tahun ternyata belum cukup untuk membuatnya mampu beranjak ke tingkatan selanjutnya.

“Maaf, Dan..”

Danny tersenyum dan segera menarik Altha kedalam dekapannya. Matanya terpejam, dagunya ia tempelkan pada puncak kepala wanita itu.

“I love you so much, Al.” Gumam Danny sangat pelan, diakhiri dengan sebuah kecupan pada puncak kepala wanitanya.

“Thank you, Dan.” Jawab Altha sembari mengeratkan pelukannya pada tubuh Danny.

Iya, ternyata Altha masih dapat mendengar gumaman Danny beberapa saat yang lalu.

***