Grand Opening
Altha segera memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Tanpa sadar bibirnya kini melengkung sempurna. Ia merapikan pakaian dan rambutnya sejenak sebelum menghampiri Danny. Dari kejauhan, Altha dapat melihat jelas lelakinya itu sedang berbincang dengan seseorang yang juga berpakaian formal di samping meja prasmanan.
“Dan!” Panggil Altha sembari melambaikan tangan saat jaraknya sudah cukup dekat dengan mereka.
Danny menoleh. Ia melambaikan tangannya juga dengan senyum yang merekah sempurna. “Hey, love! Sini!” Kemudian ia mengisyaratkan Altha untuk menghampirinya.
Tersenyum, Altha melanjutkan langkahnya dan bersanding tepat disebelah Danny.
“Aku cariin kamu dari tadi tau, Yang. Aku telfon juga gak kamu angkat.”
Mata Danny membulat, “Seriously?” Ia segera mengambil ponsel di saku dan mengeceknya. “Gak sengaja ke silent mode, Babe. Maaf, ya?” Katanya dengan wajah yang memelas.
Altha tersenyum melihat reaksi itu. “Iya, Sayang.”
“Oh, ya, Babe, lupa aku!” Danny menepuk jidatnya saat menyadari kalau ia melupakan sesuatu. “Kenalin, ini sepupu aku.” Altha menoleh mengikuti arah pandang Danny.
Namun tiba-tiba, seketika matanya membulat sempurna. Tubuhnya kaku, lidahnya kelu. Degupan tak wajar pada dadanya kini mampu membuat kedua tangannya bergetar hebat.
“Ini sepupu aku yang selama ini urus cabang perusahaan yang lain. Mulai besok kamu udah bisa kerja di kantor cabang, ya. Jadi sekretaris pribadi sepupu aku.”
Degg!
Altha meremas kedua tangannya, mencoba memberi sedikit kekuatan pada dirinya sendiri. Iya, kini lututnya begitu terasa lemas.
“Kenalin, Bro, istri gue!” Dengan bangga Danny merangkul Altha kedalam dekapannya.
Altha masih membeku.
“Al?” Panggil Danny.
Altha gelagapan, “E-eh, i-iya?”
Dengan matanya, Danny mengisyaratkan Altha untuk berkenalan dengan sepupunya itu.
Jantungnya kini berpacu lebih kencang. Berkali-kali ia memejamkan mata dan menarik-membuang nafasnya.
“Yang?” Lagi, Danny kembali mengisyaratkan Altha.
Altha memejamkan sejenak matanya sekali lagi, kemudian menyodorkan tangannya yang masih bergetar itu. “A-Al-Althania.”
Pria dihadapannya masih menatapnya lekat-lekat. Dengan senyum yang teramat-sangat dipaksakan, lelaki itu pun akhirnya membalas jabatan tangannya, “Asahi.”
***