First Meet
“Dan!”
Asahi tersentak. Suara itu... Suara yang tak pernah lagi ia dengar dalam 4 tahun terakhir. Tapi ia berani bersumpah, ia masih hafal betul siapa pemilik suara itu.
“Aku cariin kamu dari tadi tau, Yang. Aku telfon juga gak kamu angkat.”
Lemas seluruh tubuhnya saat itu juga. Nafasnya terasa sesak, tenggorokannya tercekat. Bahkan matanya yang kini sedang menatap sang empunya suara enggan untuk berkedip barang sekali saja.
Althania?
Setelah sekian lama, jantungnya kini kembali merasakan debaran yang sama persis seperti 4 tahun sebelumnya.
“Kenalin, Bro, istri gue!” Kata sepupunya itu sembari merangkul Altha-nya dengan bangga.
Asa masih bungkam, hanya kedua tangannya yang kini mengepal kencang.
“A-Al-Althania.” Kata wanita itu sembari mengulurkan tangannya yang bergetar.
“Asahi.” Jawabnya kemudian, dengan deruan detak jantung yang tak karuan.
Sepersekian detik kemudian Altha kembali melepas tautan tangan mereka. Wajahnya ia tundukkan dalam-dalam sementara tangannya menggenggam kuat tangan Danny di sebelahnya.
“Istri gue nih, Bro, jago banget masaknya!” Danny tersenyum bangga. “Oh, ya, dia juga salah satu lulusan terbaik Tokyo University. Gila, keren banget gak si?” Senyum Danny semakin merekah.
Sakit rasanya. Kini seolah ribuan rasa sedang berkecamuk dalam dadanya. Apa ini, Tuhan? Danny? Altha? Sekretarisnya?
Ia tak pernah siap untuk mendapatkan kejutan seperti ini.
Kemudian mau tak mau ia pun mengangguk dan memaksakan senyumnya. “Mantep, Bro, gak salah pilih.”
“Calon lo mana? Gak ikut?” Tanya Danny dengan polosnya tanpa tau seberapa dalam luka lama yang kembali menganga.
Asa bungkam. Ia hanya merespon pertanyaan Danny dengan senyum singkat dan berakhir menundukkan wajahnya dalam-dalam.
“D-Dan...”
“Iya, Sayang?”
“Eum... Kita... cari tempat duduk, yuk? Kaki aku pegel banget.” Tiba-tiba Altha mengalihkan pembicaraan.
“Ouch, Baby... Perlu aku gendong?” Tanya Danny dengan khawatir.
“Enggak, Sayang, aku bisa sendiri. Yuk?”
“Wait.” Kini atensi laki-laki itu kembali padanya. “Sa, mau ikut gak? Yuk cari bangku sekalian ngobrol-ngobrol.”
Ia tersenyum sembari menggeleng singkat, “Next time deh, Dan. Kebetulan gue juga mau siap-siap balik ke kantor.”
“Ahhh gitu.. Oke deh, hati-hati di jalan, Bro! Gue duluan, ya!”
Asa mengangguk singkat dan senyum diwajahnya pun perlahan menghilang seiring Danny dan Altha yang semakin menjauh pergi.
***
Ada rindu yang bergelojak tak terkira. Ada cemburu yang emosinya meletup-letup dalam rongga dada. Ada sesal yang sakitnya mengalir disetiap aliran darah.
Althania..
Bertahun-tahun lamanya, cinta tetaplah cinta. Dan ia adalah alasan mengapa Asa hingga kini tetap menjaga hatinya.
.