Dinner
“Kalau Tante, gimana kabarnya?” Ini Asahi yang balik bertanya kepada Bunda di sela-sela makan malam mereka.
“Baik. Sangat baik.” Jawab wanita paruh baya itu dengan senyum yang terus terlukis di wajahnya. “Asa, tambah lagi, ya, Nak? Mau apa, hm?”
Asahi hanya menggeleng pelan, “Gak usah repot-repot, Tan.”
“Ayo makan yang banyak, Sa! Cobain nih masakan istri gue!” Kata Danny.
Mata Asa dan Altha bertemu sejenak, sebelum akhirnya mereka sama-sama mengalihkan pandangan ke arah yang lain.
“Ayang, mau nambah sayur...”
“Ck, Dan!” Kata Altha kesal.
“Haha bercanda, Sayang.” Lelaki di sebelah Altha itu mengusap-usap kepala istrinya. “Boleh tolong ambilin sayur?”
“Boleh, dong.” Altha pun menyendokkan sayur ke piring Danny.
“Thanks, Love.” Yang kemudian di jawab dengan senyuman oleh wanita itu.
Asahi bungkam. Ia sibuk menguatkan dirinya sendiri.
“Kak Asa, makin cakep aja lo.” Goda Adam kemudian. “Mana nih calon?”
“Kalau udah ada segera di resmikan aja, Sa. Kamu udah mapan gini, lho.” Tambah Bunda.
Ia masih bungkam, hanya senyum tipisnya yang kini tergambar.
“Lo masih sama yang dulu, Kak?”
“H-hah?”
“Itu yang dulu banget Haruto sering cerita ke gue.. Katanya dia punya calon kakak ipar cantik banget terus jago masak.”
“Serius? Bisa collab sama Al, dong!” Kata Danny setelah meletakkan kembali gelasnya diatas meja.
“Uhuk! Uhuk! Uhuk!”
“Love, kenapa?” Tanyanya panik.
Kini semua atensi tertuju pada Altha yang tersedak makanannya sendiri.
“Minum dulu, Kak!” Adam menyodorkan segelas air pada Altha.
“Okay?” Tanya Danny.
“Okay.” Wanita itu mengangguk singkat. “Aku... izin ke atas sebentar, ya, kayaknya Amira bangun.” Katanya kemudian seraya berdiri dari duduknya.
“Amira ajak kesini aja, Nak.”
“Iya, Bun.”
***