D-Day

“Yang!” Seru Danny dari dalam mobilnya. Altha yang mendengar itu berhenti sejenak dan kembali menoleh. “Hwaiting!!” Lanjut laki-laki itu kemudian dengan ceria.

Iya, pagi ini semuanya tampak sama seperti biasanya. Setelah kepulangan Danny tadi malam, masing-masing dari mereka memutuskan untuk tidak lagi membahas apa yang terjadi sebelumnya untuk mengindari hal-hal yang tak mereka inginkan.

“Hwaiting!” Balas Altha. Kemudian ia segera melanjutkan langkah untuk memasuki kantor barunya setelah mobil Danny telah melaju ke kantor cabang yang lain. “Bisa. Pasti bisa.” Gumamnya pada diri sendiri.

“Mbak!” Tak lama berselang, seorang wanita menghampirinya sembari tersenyum sumringah diikuti seorang lelaki yang kini berdiri di sebelah wanita itu. “Eum.. Ini.. Mbak Altha bukan, ya? Sekretaris barunya Pak Asa?” Tanya wanita itu dengan ramah.

“I-iya.. Bener.” Altha mengangguk singkat sembari membalas senyumannya.

Mata wanita itu berbinar, “Salam kenal, ya, Mbak! Aku Luna, karyawan di kantor ini.” Katanya sembari mengulurkan tangan pada Altha.

“Althania.” Altha membalas uluran tangan itu. “Salam kenal juga, ya, Lun!”

“Gue Kevin.” Laki-laki di sebelah Luna ikut mengulurkan tangan sembari tersenyum. “Sama kayak Luna, gue juga karyawan disini.”

“Althania.” Altha kini beralih membalas uluran tangan Kevin. “Nice to meet you.”

“Nice to meet you too.”

“Mbak Al udah tau ruangannya Pak Asa?” Kini, mereka bertiga sedang berjalan memasuki lobby kantor.

“Panggil nama aja, Lun, kayaknya kita seumuran.”

“Ah oke oke! Kamu udah tau ruangan Pak Asa, Al?”

Menggeleng pelan, “Belum.”

“Mau dianter?” Tanya Kevin.

“Eum.. Boleh, deh, kalau gak ngerepotin kalian.”

“Sekalian lewat, kok. Kita satu lantai, beda ruangan aja.” Kata Luna dengan senyum ramah yang masih terpatri di wajah cantiknya.

“Ahh gitu.. Thank you, ya!” Ini Altha, dengan senyum yang tak kalah manisnya.

“Btw, Al, kamu yang kuat, ya, sama Pak Asa.”

“Eh?” Dahinya mengernyit. “K-kenapa?”

“Dingin banget orangnya, Al!” Mata wanita itu membulat. “Kayak kulkas berjalan! Atau malah lebih dingin Pak Asa daripada kulkas.” Lanjutnya sembari bisik-bisik diakhiri cekikikan kecil.

“Mampus ada Pak Asa!” Candaan Kevin kali ini mampu buat Luna kaget setengah mati.

“GAK LUCU IH!” Luna memaki sembari memukul-mukul lengan Kevin. Lelaki itu pun puas tertawa.

Mereka masih melanjutkan perjalanan di sepanjang koridor kantor yang ramai dengan para karyawan lain. Ada yang tersenyum, menyapa, bahkan berbisik-bisik saat melihat Altha sebagai wajah baru di kantor mereka.

Kemudian Altha ikut berhenti saat Luna dan Kevin menghentikan langkah mereka di depan sebuah ruangan yang bisa dibilang paling besar di lantai ini. Iya, ruangan Asahi.

“Ini ruangan Pak Asa, Al. Nanti ruangan kamu di sebelahnya, ya.”

“Makasih banyak, ya, Lun, Vin.”

“Sama-sama, Al.” Jawab Kevin.

“Yaudah, kalo gitu kita lanjut ke ruangan, ya, Al. Nanti kalau ada perlu apa-apa, kontak aku aja oke?” Ini Luna, yang saat di perjalanan tadi sudah bertukar kartu nama dengan Altha.

“Okay!”

Kini, Luna dan Kevin tak lagi ada disana. Menyisakan Altha seorang diri dengan lututnya yang kembali lemas dan deruan tak normal pada detak jantungnya.

Tok! Tok! Tok!

Belum ada jawaban.

Tok! Tok! Tok!

“Masuk.”

Deg!

Pintu ruangan terbuka. Dengan segenap keberanian yang ada, Altha melangkahkan kakinya ke dalam sana.

***