Amira
Altha bergegas dengan perasaannya yang gusar. Ia berdecak berkali-kali karena pintu lift yang tak kunjung terbuka. Tak bisa lagi menunggu lebih lama, kini ia pun memutuskan untuk menuju lobby dengan menuruni tangga.
Perasaannya tak karuan. Sampai akhirnya, matanya menemukan putri kesayangannya itu berada dalam gendongan Asahi yang sedang berdiri tak jauh dari bawah tangga utama kantor mereka ini.
“Mama!” Amira berontak minta turun dari gendongan Asa dan segera menghampiri Mamanya itu.
“Sayang..” Dan Amira pun langsung berhambur ke pelukan Mamanya.
“Anak kamu?” Tanya Asa.
“Iya.”
deg!
“Dia kesini sama Adam. Tapi pas Adam balik dari resepsionis, dia udah gak ada di tempatnya.” Jelas Altha. “Kok bisa sama Bapak?”
“Tadi pas aku- maaf, maksudnya pas saya baru sampe kantor, anak kamu lagi nangis sendirian. Kayaknya salah ikutin orang yang dia kira Adam. Makanya saya gendong biar gak nangis lagi.”
Altha mengangguk mengerti, “Makasih, ya, Pak.”
Asahi hanya tersenyum dan membelai singkat kepala Amira.
“Sayang, besok-besok jangan gitu lagi, ya? Kalau disuruh tunggu dan gak boleh kemana-mana, ya jangan kemana-mana.” Tutur Altha lembut pada putrinya itu. “Kan kasian tuh Om Adam, cari-cari kamu sampe panik banget.”
“Iya, Mama. Maafin aku, ya? pwis pwis pwis.”
“Iya, Sayang.” Altha tersenyum. “Sekarang bilang apa sama Om Asa?”
“Makasih, Om.”
“Sama-sama, Cantik.” Asahi tersenyum, kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan Amira. “Anak cantik, siapa namanya, hm?”
“Nama aku Amira, Om. Umur 3 tahun. Anak Papa Danny dan Mama Altha.”
deg!, Asahi tersenyum kecut.
“Amira?”
“Iya, Om, Amira Choi.”
Seketika, ingatannya kembali menjelajah ke 4 tahun yang lalu.
Flashback On
“Ngapain, sih?”
“Ini liat, deh! Rekomendasi nama anak, lucu-lucu banget.” Altha terpekik senang.
“Gabut banget jadi orang.”
“Ck, suka-suka aku dong!”
“Hm.”
“Eh, Sa!” Altha mendekat ke arahnya. “Kamu kalau punya anak, mau dinamain siapa?” Katanya dengan mata berbinar.
“Apa sih? Gak jelas pertanyaannya.”
“Ih, Sa....”
“Apa? Aku gak tau.”
“Tau ah, sebel.”
Ia pun tersenyum, kemudian beranjak merangkul Altha kedalam dekapannya. “Hmm... apa, ya? Kalau cewek, kayaknya mau aku namain Amira.”
“Amira? Kenapa?”
“Kesannya simpel tapi anggun dan bermakna.” Altha mengangguk-angguk mendengar penjelasannya. “Panggilan sayangnya juga lucu.”
“Apa?”
“Miwa. Amiwa.” Ia tertawa setelahnya.
“Ah fix aku mau punya anak namanya Amira!”
“Ih masa samaan kayak anak aku?”
“Ya.. kan.. anak kita?”
Ia menyentil pelan dahi Altha, “Kuliah dulu pikirin!” Dan gadis itu pun kembali tertawa.
Flashback Off
“Bukan anak kita, Al. Anak kamu sama Danny.” Batin lelaki itu.
“Namanya cantik, kayak orangnya.” Kata Asa kemudian seraya memaksakan senyum terbaiknya.
“Makasih, Om. Om juga ganteeeeng banget.”
Asahi tersenyum mendengarnya.
“Amiwaaaaaaaaaa!!” Tak lama kemudian, Adam yang hampir menangis itu pun menghampiri mereka. “Kamu kemana aja, sih? Om panik banget cariin kamu tauuuuuu!”
“Maaf, ya, Om.” Anak itu berhambur ke pelukan Adam.
“Iya.. Besok-besok jangan tinggalin Om lagi, ya!”
“Iya, Ooooommm.”
“Kak Asahi?” Adam baru menyadari keberadaan Asahi disini. “Apa kabar, Kak?” Lanjut Adam setelah mereka berjabat tangan dan berpelukan singkat.
Asa tersenyum, “Baik.”
“Nanti malem lo mesti banget sih join dinner di rumah gue. Bunda cariin lo mulu tuh!”
Lelaki itu masih tersenyum, “Iya, nanti gue kesana.”
***