Air Hangat

Altha menyambut Danny dengan senyum sumringahnya saat lelaki itu baru saja menginjakkan kaki di teras rumah baru mereka.

“Kangen..” Danny merentangkan tangannya lebar-lebar saat menghampiri Altha.

Altha membalas pelukan itu singkat dan langsung menarik tubuhnya lagi, “Kamu mandi dulu, ah, Yang!”

Danny terkekeh kemudian merangkul Altha untuk masuk ke dalam rumah.

“Mau air dingin apa hangat?” Tanya Altha sembari membantu melepaskan dasi dan jas yang di pakai Danny.

“Buat?”

“Kamu, mandi.”

“Oh kirain buat minum. Hangat boleh, deh.”

“Oke, aku siapin dulu, ya.” Altha mengambil alih tas ditangan Danny dan segera menuju ke dapur untuk menyiapkan air. “Oh, ya, minumnya mau apa, Yang? Teh? Kopi? Susu?”

Danny tersenyum, “Teh hangat boleh, deh. Tapi jangan manis-manis, ya.”

Altha mengerutkan dahinya, “Tumben?”

“Udah hampir diabet aku liat senyum kamu, Al, manis banget.”

“Gak jelas kamu, Yang.” Jawab Altha salting dengan wajahnya yang memerah.

Danny puas tertawa, kemudian menunggu air yang disiapkan Altha sembari duduk di ruang tamu rumah mereka.

***